Kenali Lebih Dekat Asal Usul Desa Panulisan: Kini Dipecah Menjadi 3 Desa

- Selasa, 23 Mei 2023 | 16:05 WIB
Desa Panulisan sebagai desa nan elok dan bersejarah (beni)
Desa Panulisan sebagai desa nan elok dan bersejarah (beni)

DETIK60.COM- Tersebutlah di sebuah puncak bukit berbatu, sebuah Padepokan  Sarongge namanya, satu Padepokan yang sederhana tapi cukup nyaman dengan tiupan angin khas pegunungan yang senantiasa meniupkan kelembutannya di sela-sela kerimbunan pohon-pohon raksasa di sekelilingnya.

Sedikit ke sebelah utara jalan kecil agak menurun terdapatlah sebuah anak sungai berliku-liku berkelok di celah batu-batu besar yang membelah bukit itu menjadi dua bagian, airnya begitu jernih mengalir yang kadang gemuruh manakala melewati suatu jeram karena memang daerah tersebut perbukitan.

Suara turunnya air tersebut terdengar sayup ke padepokan, seolah seperti alunan musik alami diselangi kicauan burung-burung menambah indahnya alam disana melalui lereng bukit agak ke timur laut terdapat jalan setapak menurun ke arah kali dan itulah satu-satunya jalan penghuni Padepokan untuk melaksanakan mandi dan keperluan lainnya.

Baca Juga: Sambut HUT DKI Jakarta ke 496, Taman Impian Jaya Ancol Kembali Bagikan Tiket Gratis Selama Sebulan Penuh

Apabila dari puncak bukit melayangkan pandangan ke sebelah selatan, akan tampak terhampar dataran rendah yang menghijau serta aliran sungai Cijolang berkelok seperti seekor naga besar mencari mangsa.

Sungguh tepat sekali Embah Prabu Sirod Sejati sang Begawan sekaligus pemilik Padepokan Sarongge memilih tempat dimana tinggalnya kala itu.

Menurut catatan yang dikutip dari buku mengenal Desa Panulisan konon Embah Prabu adalah salah seorang kerabat Keraton Pajajaran yang meninggalkan Kerajaan asalnya, karena makin meluasnya ajaran Islam di wilayah Pajajaran itu yang dibawa oleh Prabu Kian Santang putera Prabu Siliwangi.

Embah Prabu terkenal seorang yang mempunyai ilmu tinggi serta kesaktian yang sulit dicari tandingannya walaupun demikian beliau tidak mengadakan perlawanan atas desakan ajaran agama baru itu karena menurut pendapatnya, sudah saatnya di tanah Jawa berganti alam. ( BS )

Bersambung bagian ke 2 

Editor: Meika Ardhianto

Sumber: rilis

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X