DETIK60.COM-Badan, Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan kemunculan El Nino yang dapat memicu kekeringan di akhir tahun 2023. Nah, Simak pembahasan lengkapnya di artikel ini.
Sebagai informasi, fenomena El Nino yang terpantau melalui El Nino-Southern Oscillation (ENSO) merupakan peristiwa perubahan angin dan suhu permukaan di laut di Samudera Pasifik yang berdampak pada iklim global berupa penurunan curah hujan.
Di mana, indikatornya terdapat dalam indeks Nino 3.4. Yang mana, semakin naik suhunya, semakin jelas pula kemunculan El Nino yang menyebabkan kekeringan. Sebaliknya, jika suhunya semakin turun maka semakin jelas kemunculan fenomena La Nina.
Adapun jika kemunculan El Nino dapat memicu kekeringan, sebaliknya kemunculan El Nina ini dapat memicu kenaikan curah hujan.
Dikutip Detik60.com dari berbagai sumber, Plt Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Urip Haryoko menyampaikan bahwa, dari pemantauan suhu muka laut di Samudera Pasifik, La Nina akan memicu kemarau basah dalam tiga tahun terakhir, dan telah berakhir pada Februari 2023 lalu.
Ia menyebutkan El Nino saat ini berada pada fase Netral, yaitu pada periode Maret hingga April 2023, yang berarti menunjukkan tidak adanya gangguan iklim dari Samudera Pasifik.
“Dengan peluang >80%, ENSO Netral diprediksi mulai beralih menuju fase El-Nino pada periode Juni 2023 dan diprediksi akan berlangsung dengan intensitas lemah hingga moderat,” jelas Urip Haryoko.
Dijelaskan juga bahwa pihaknya memprediksi jika puncak El Nino yang berarti menjadi puncak anomali suhu di Samudera Pasifik (indeks El Nino), namun bukan puncak kekeringan di Indonesia.
“Secara umum El Nino akan mengakibatkan iklim kering di Indonesia, terutama pada periode Juni hingga Oktober. Oleh karena itu dampak El Nino akan terasa lebih signifikan pada periode tersebut karena bersamaan dengan periode kemarau di Indonesia,” jelasnya lagi.
Dikatakan juga, jika dampak fenomena El Nino ini umumnya akan mengakibatkan curah hujan yang turun lebih rendah dibanding dengan rata-ratanya, terutama pada periode Juni, Juli, Agustus (JJA) dan September, Oktober, November (SON).
Dan jika berdasarkan catatan sejarah masa lalu, Urip menyampaikan jika El Nino yang terjadi setelah pertengahan tahun umumnya akan berlangsung dalam durasi yang pendek, yaitu sekitar 5 hingga 7 bulan.
“BMKG memprediksi El Nino dapat terjadi hingga periode Maret-April 2024,” tambahnya.
Selain itu, Urip juga menyampaikan jika per akhir Mei 2023 ini sudah terdapat 144 dari total 699 Zona Musim (ZOM) atau 21 persen daerah di Indonesia yang telah memasuki musim kemarau.
Artikel Terkait
Polda Metro Jaya Berikan Klarifikasi dan Kronologi Video Viral Mario Dandy yang Gunakan Kabel Ties Sendiri
Jakarta Duduki Peringkat Kota Paling Berpolusi! Dokter Spesialis Paru Berikan Himbauan ini untuk Masyarakat
BPS Gelar Apel Siaga Sensus Pertanian 2023 Mulai 1 Juni hingga 31 Juli 2023, BPS: Segera Sejahterakan Petani
Siap-Siap War! Tiket Indonesia Vs Argentina Bisa Dibeli Mulai Tanggal 5 Juni 2023 Lewat BRI
Puluhan Ribu Loker CPNS 2023 Segera Dibuka, Simak Jadwal Pendaftaran dan Formasi yang Dibutuhkan Di Sini!
Mau Cepat Cair KUR BRI 2023? Simak Yuk Tips dan Persyaratan Sekaligus Tabel Angsuran Di Pinjaman Rp 50 Juta
PNS Boleh Berpoligami, BKN Rilis 2 Syarat Yang Mesti Dipenuhi, Warganet: Tunjangan Dari Uang Pajak Rakyat!
Nakes Bergolak RUU Nakes Yang Sedang Di Godok DPR dan Pemerintah, Jubir Kemenkes Sebut Kenapa Tidak Dari Dulu?
Kabar Baik Bagi Nakes! Usulan Baru Pasal Pelindungan : Begini 5 Tambahan RUU Kesehatan Bagi Tenaga Profesi
Organisasi Nakes Gelar Aksi Demo Jilid 2 di Depan Gedung DPR RI: Pemerintah Plih Kasih Kepada Dokter Asing