BMKG Kemunculan Fenomena El Nino yang Dapat Picu Kekeringan di Akhir Tahun 2023

- Selasa, 6 Juni 2023 | 13:44 WIB
Logo BMKG  (Ardhi)
Logo BMKG (Ardhi)

DETIK60.COM-Badan, Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan kemunculan El Nino yang dapat memicu kekeringan di akhir tahun 2023. Nah, Simak pembahasan lengkapnya di artikel ini. 

Sebagai informasi, fenomena El Nino yang terpantau melalui El Nino-Southern Oscillation (ENSO) merupakan peristiwa perubahan angin dan suhu permukaan di laut di Samudera Pasifik yang berdampak pada iklim global berupa penurunan curah hujan.

Di mana, indikatornya terdapat dalam indeks Nino 3.4. Yang mana, semakin naik suhunya, semakin jelas pula kemunculan El Nino yang menyebabkan kekeringan. Sebaliknya, jika suhunya semakin turun maka semakin jelas kemunculan fenomena La Nina.

Baca Juga: Organisasi Nakes Gelar Aksi Demo Jilid 2 di Depan Gedung DPR RI: Pemerintah Plih Kasih Kepada Dokter Asing

Adapun jika kemunculan El Nino dapat memicu kekeringan, sebaliknya kemunculan El Nina ini dapat memicu kenaikan curah hujan.

Dikutip Detik60.com dari berbagai sumber, Plt Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Urip Haryoko menyampaikan bahwa, dari pemantauan suhu muka laut di Samudera Pasifik, La Nina akan memicu kemarau basah dalam tiga tahun terakhir, dan telah berakhir pada Februari 2023 lalu.

Ia menyebutkan El Nino saat ini berada pada fase Netral, yaitu pada periode Maret hingga April 2023, yang berarti menunjukkan tidak adanya gangguan iklim dari Samudera Pasifik.

“Dengan peluang >80%, ENSO Netral diprediksi mulai beralih menuju fase El-Nino pada periode Juni 2023 dan diprediksi akan berlangsung dengan intensitas lemah hingga moderat,” jelas Urip Haryoko.

Dijelaskan juga bahwa pihaknya memprediksi jika puncak El Nino yang berarti menjadi puncak anomali suhu di Samudera Pasifik (indeks El Nino), namun bukan puncak kekeringan di Indonesia.

“Secara umum El Nino akan mengakibatkan iklim kering di Indonesia, terutama pada periode Juni hingga Oktober. Oleh karena itu dampak El Nino akan terasa lebih signifikan pada periode tersebut karena bersamaan dengan periode kemarau di Indonesia,” jelasnya lagi.

Dikatakan juga, jika dampak fenomena El Nino ini umumnya akan mengakibatkan curah hujan yang turun lebih rendah dibanding dengan rata-ratanya, terutama pada periode Juni, Juli, Agustus (JJA) dan September, Oktober, November (SON).

Dan jika berdasarkan catatan sejarah masa lalu, Urip menyampaikan jika El Nino yang terjadi setelah pertengahan tahun umumnya akan berlangsung dalam durasi yang pendek, yaitu sekitar 5 hingga 7 bulan.

BMKG memprediksi El Nino dapat terjadi hingga periode Maret-April 2024,” tambahnya.

Selain itu, Urip juga menyampaikan jika per akhir Mei 2023 ini sudah terdapat 144 dari total 699 Zona Musim (ZOM) atau 21 persen daerah di Indonesia yang telah memasuki musim kemarau.

Halaman:

Editor: Meika Ardhianto

Sumber: rilis

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Marak Kembali Uang Palsu Dengan Sebutan Uang Mutilasi:

Selasa, 12 September 2023 | 06:05 WIB
X